my first diary
<!– @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } –>
Rako prijanto
Kulari
Ke hutan kemudian teriakku
Kulari ke pantai kemudian menyanyiku
Sepi…Sepi…dan sendiri aku benci
Aku ingin bingar aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga kusendiri
…………Pecahkan saja gelasnya biar ramai………………….
Biar mengaduh sampai gaduh
Aih…Ada malaikat menyulam
Jaring laba-laba belang di tembok
Putih keraton
Kenapa tak goyangkan saja…loncengnya…
Biar terdera
Atau aku harus lari ke pantai
Belok ke hutan
Tuhanku
Chairil Anwar
Tuhanku
dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Sungguh hati muslim dipatri cinta nabi
Dialah pangkal mulia
Sumber bangga kita di dunia
Dia tidur di atas tikar kasar
Sedang umatnya mengguncang tahta kisra
Inilah pemimpin bermalam-malam terjaga
Di gua hira ia bermalam
Sehingga tegak bangsa, hukum, dan negara
Kala Shalat, pelupuknya tergenak air mata
Di medan perang, pedangnya bersimbah darah
Di bukanya pintu dunia dengan kunci agama
Duhai, belum pernah insan melahirkan putra
Semacam dia
Dance me to your heart
Keep me safely in
Dance me to the fire
Flames burning
Music of desire
Dence to the night
Stars shining
Under the moonlight
Dance me to the dawn
Morning bright
Hear the wind sing our song
Dance me to the sky
Soaring free
Give me wings to fly
Dance me to your heart
Keep me safely in
Dance with me in your heart
If I could
If I could
I would always tell the truth
I would always love you
From the heart
If I could
I would take you in my arms
Take you inside
Into my heart
If I could
I would be the place you turn to
When you are feeling lonelyor afraid
I would shine
Like a latern in the dark
Take you inside
Into my heart
When you feel as if
You didn’t know who you are
I’ll remind you with my love
If I could
I would always keep you safe
Take you inside
Into my heart
When you feel as if
You simply couldn’t go on
I’ll remind you that you are strong
If I could
I would love you as you are
Take you inside Into my heart into my arms…into my life
Puisi Putih
Maybe, in another time…
You might hear me
Above the din of crowd’s approval
The tiny little song beneath the roar
Perhaps, in some other place
You may see me
Out there beyond the glaring footlights
Shining bright and true
Here I am…just me…my self
Nothing to hide, no games to play
Perhaps If I knew the rules
The dance…The script…
Someday in a warmer space
You will feel me
As others clamour to touch your robe
I’ll will be in the wings…
Waiting.
….
Cut Hani Bustanova
Huuuhh…..Hidup itu kosong
Tak secerah kukira
Menjebakku
Rangkaian malu menutup rasa
Tertahan di sanubari
Rasa dari mata turun ke hati
Tak henti menggebu merayapkemudian menjalar
Aku mati….
Diletih sahutan
Menjemput penyesalan
Menghampiri kebimbangan
Meninggalkan kesenduan
Bersemu maya…
Entah…mengapa aku benci dan heehh…..
Sulit diterangkan
Aku masih satu dan bisu
2003
Rako Prijanto
Ketika tunas itu tumbuh
Serupa tubuh yang membakar
Setiap nafas yang terhembus
Angan…..debur dan emosi
Bersatu dalam jubah bertautan
Tangan kita terikat, lidah kita menyatu
Maka setiap kata yang terucap
Adalah sabda pandita ratu
Huhh…..dalam ini pasir luar itu debu
Hanya angin meniup saj alalu terbang
Hilang tak ada
Tapi kita tetap menari
Menari…Cuma kita yang tahu
Jiwa ini tandu
Maka duduk saja
Maka akan kita bawa
Semua…
Karna kita adalah satu
sPideR “DiK”
If 10 cares for you I’ll be the one of them
If theres only one I’ll be that one
If Nobody cares for you
That mean
I’m not in this world anymore
Rako Prijanto
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajar
Seperti bulan
Lelap tidur di hatimu yang berdinding kelam
Ada apa dengannya?
Meninggalkan hati untuk dicaci
Baru sekali ini
Aku lihat surga dari mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta?
Tapi aku pasti kembali
Dalam atu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja…
Guru Kehidupan
Juftazani
Dekatlah dengan kematian
Karna kematian guru kehidupan
Di jalanan
Orang-orang berseteru dengan kematian
Tapi di medan pertempuran
Serdadu persahabatan dengan kematian
Agar ruh mereka
Mampu mempertahankan negeri
Dari balik tubuh mereka yang nisbi
Betapa banyak filsuf mendefinisikan kematian
Tapi selalu gagal menolaknya
Betapa banyak orator, ulama, pendeta
Berapi-api mengkhotbahkan kematian
Tapi mereka tak mampu menghindarinya
Jika kematian guru kehidupan
Mengapa hidup tak pernah belajar kepadanya
Bila kematian gerbang kehidupan
Mengapa orang-orang selalu menghindar darinya
Kematian adalah kegembiraan
Mengapa orang selalu bersedih menerimanya
MABUK
Juftazani
Namun tatkala kau ulurkan jemari tanganmu
Aku hendak melepaskan diri
Karena ombak dan gelombang
Menghempas bulan dan matahari
Namun kasihmu teramat abadi
Kau beri aku limpahan kasih
Ddari cinta yang terpandar dari pancaran matamu
Sajadah yang terbentang di lembaran awan
Menari dan minta anggur secawan
Dari cahaya yang tak pernah tertawan
O lingua franca yang menyatukan manusia
Aku menyanyikan semesta
Yang menyimpan kemabukan
Menyandera luka dan kepiluan
Kelembutan IBUNDA
Juftazani
Adalah kehancuran yang menjanjikan jiwa
Pada tasbih semesta dan duka abadi
Seperti juga tentara yang mati
Menjanjikan kebebasan dan pahlawan negeri
Bertasbihlah karena duka
Terhempas dari ketinggian surga
Ke jurang dunia
Bisakah aku bertasbih
Seperti yunus yang terlunta
Bisakah Muhammad berdakwah penuh kekerasan?
Padahal berpuluh nabi
Telah mengajarkan umatnya pada ketidaksabaran?
Adalah kelembutan yang menjanjikan keabadian
Seperti juga Khadijah
Melembutkan jiwa Muhammad yang gelisah
Setelah dipapar cahaya di gua sunyi
Dan Ibunda abadi
Meninggalkan pesan yang sangat mendalam
Pada jiwa Muhammad yang tak pernah padam
Dua februari dua ribu tiga
Cut hany Bustanova
”Dengan nama Tuhanku yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”
Heran
Aku tersenyum
Huhhhff…setidaknya berusaha untuk slalu lembut pada dunia
Selalu tertawa, riang
Tapi mereka semua memasang wajah seburuk-buruknya
Aku bukan penyair
Aku bukan penyair
Kali ini aku sungguh tak mengerti
What the meaning of life?
I can’t answer the question
Aku tak kuat mengartikan hidupku sendiri
Atau
Inikah sesungguhnya hidup yang harus kuhadapi
Aneh…pahit…
Masih adakah sudut dunia yang bisa ku rasa
Masih kosongkah sudut itu agar aku dapat mengisinya?
Atau…
Semua sudah penuh sesak
Dan aku harus mematung
Di sini sunyi sayup semesta beriuh rendah
Dua puluh juni dua ribu dua
Langit
Cut Hani Bustanova
Langit…..
Kenapa hatimu biru sedang aku merah
Kenapa sewi malam, raja siang dan sang bintang mengisimu
Sedang tak mengisiku
Aku ingin katakan padamu kalau aku bosan
Kau tau kenapa? Hehhhm…Kau takkan tau
Dan tak seoramg pun kan tau
Kau tau langit…..
Hatiku acapkali terbelah acapkali pula aku menjahitnya
Kau tau langit…..
Hatiku semakin hari semakin jelek karena belahan
Itu semakin nampak terjahit
Langit…..
Mengertilah diriku Belikan aku hati yang baru
Berwarna biru seperti hatimu
Kemudian bawa aku berkahyal menaiki nirwana
Leave a Reply