Self-esteem dan Narcissistic Personality Disorder

7 November 2008 at 8:49 AM (my essay ("-"))

Pengantar

Pengantar Umum

Perkembangan teknologi tidak sepenuhnya memberikan kemudahan dan manfaat bagi manusia. Beberapa diantaranya bahkan memberikan dampak negatif yang cukup signifikan terhadap perkembangan diri manusia, misalnya perkembangan jejaring sosial seperi facebook. Menurut penelitian dari University of Georgia, pengguna facebook dengan jumlah jaringan pertemanan yang besar di dalamnya memiliki sifat dan mental narsisme yang merupakan salah satu gangguan kepribadian. Laura Buffardi, seorang mahasiswa kedokteran psikologi dari University of Georgia dan professor W. Keith Campbell telah melakukan survey terhadap 130 pengguna facebook. Akhirnya Professor W. Keith Campbell menyimpulkan narsisme bersembunyi dalam kemampuan untuk membuat pertemanan yang sehat (www.beritanet.com).

Narsisme dalam ilmu psikologi dipandang sebagai gangguan (Narcissistic Personality Disorder). Individu yang narsis memiliki gambaran diri yang sangat positif dan menggunakan strategi tertentu untuk membentuk jarak dalam menjalin hubungan intrapersonal dan interpersonal demi mempertahankan gambaran diri positif yang ada pada dirinya (Campbell, Rudich,& Sedikies , 2002).

Dalam hal ini, penulis tidak akan mengaitkannya dengan (gambaran diri) self-concept seseorang melainkan dengan self-esteem, yakni penilaian seseorang mengenai self-concept yang dimiliki. Berdasarkan pernyataan Baumeister, Campbell, Krueger, Vohs, 2005 dalam Baron, Branscomber, dan Byrne 2008 yakni self-esteem yang tinggi berkaitan erat dengan dengan bullying, narsisme, ekshibisionisme, self-aggrandizing, dan agresi pada diri sendiri maka dalam bagian pembahasan, penulis akan memberikan argumentasi apakah individu yang memiliki self-esteem yang tinggi sama dengan individu dengan Narcisstic Personality Disorder?

Kerangka Tulisan

Penulis akan membahas mengenai self-esteem dan Narcissistic Personality Disorde (NPD)r. Pembahasan mengenai self-esteem berisi definisi self-esteem dan karakteristik individu yang memiliki self-esteem tinggi. Sedangkan pembahasan mengenai NPD hanya akan difokuskan pada karakteristik individu dengan NPD. Pada akhir tulisan, penulis akan menganalisis apakah Individu yang mempunyai self-esteem yang tinggi memiliki kesamaan dengan individu dengan NPD.

Tesis

Hipotesis penulisan esai ini adalah “Apakah individu dengan self-esteem yang tinggi sama dengan individu dengan Narcissistic Personality Disorder?”. Dugaan sementara yang dapat penulis argumentasikan adalah “Terdapat perbedaan antara individu dengan self–esteem yang tinggi dan individu dengan Narcissistic Personality Disorder”.

Pembahasan

Bukti-bukti

Definisi Self-esteem

Menurut Branden (1994) perilaku seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkat self esteem yang dimilikinya, apakah self-esteem orang tersebut tinggi atau rendah. Sebelum membahas tentang jenis self-esteem, berikut penulis akan memaparkan beberapa definisi self-esteem menurut beberapa ahli psikologi.

…a positive or negative attitude towards a particular object, namely, the self

(Rosenberg, 1965 dalam Burns, 1982: 6)

Self-esteem is the disposition to experience oneself as competent to cope with the basic challenges of life and as worthy of happiness

(Branden, 1994: 27)

The degree to which we perceive ourselves positively or negatively; our overall attitude towards ourselves.

(Baron, Branscombe & Byrne, 2008)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa self-esteem adalah penilaian seseorang secara umum terhadap dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan diri dalam menjalani kehidupan.

Karakteristik Individu dengan Self-esteem Tinggi

Menurut Coopersmith (1967, dalam Teti Nuraini S, 2004) tingkatan harga diri individu dapat dibedakan menjadi tiga golongan di mana setiap golongan memiliki karakteristik masing-masing. Dalam pembahasan esai ini, penulis hanya akan memaparkan karakteristik individu yang memiliki self-esteem tinggi. Karakteristik individu yang memiliki self-esteem tinggi yaitu:

  1. Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik
  2. Berprestasi dalam bidang akademis dan berhasil dalam hubungan sosial
  3. Dapat menerima kritik dengan baik
  4. Percaya pada persepsi dan dirinya sendiri
  5. Keyakinan akan dirinya tidak hanya berdasarkan khayalannya, karena mempunyai kemampuan, kecakapan sosial, dan kualitas diri yang tinggi.
  6. Tidak mudah terpengaruh pada penilaian orang lain mengenai sifat dan kepribadiannya, baik itu positif maupun negatif
  7. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
  8. Memiliki tingkat kecemasan dan perasaan tidak aman rendah
  9. Memiliki daya bertahan yang seimbang

Karakteristik Individu dengan Narcissistic Personality Disorder

Sigmund Freud menggunakan istilah narsis untuk mengambarkan seseorang yang merasa dirinya begitu penting daripada orang lain dan ingin selalu menerima perhatian dari orang lain. (Cooper dan Ronningstam, 1992). Orang dengan NPD merasa dirinya sangat penting namun hal tersebut sangat tidak beralasan dan sangat memperhatikan diri mereka sendiri sehingga mereka memiliki tingkat sensitivitas dan kepedulian yang rendah terhadap orang lain (Gunderson, Ronningstam, dan Smith, 1995).

Roy F. Baumeister dan Kathlen D. Vohs dalam jurnalnya Narcissism as Addiction to Esteem menyatakan bahwa narsis sangat didukung oleh keinginan meraih pujian dari orang lain. Mereka mencoba memenuhi keinginan-keinginan tersebut dengan mengganggap dirinya lebih hebat dari orang lain dan merasa mereka adalah satu-satunya yang terhebat. Hubungan interpersonal mereka tidak berlangsung baik sebab mereka sangat bergantung pada pujian-pujian dari orang lain yang selalu mereka cari. Selain itu, Michael H. Kernis dalam jurnalnya yang berjudul Following The Trail From Narcissism to Fragile Self-esteem menyatakan bahwa self-esteem orang yang narsis mengalami inflasi dan hal tersebut diasosiasikan dengan perasaan sebagai pihak superior dan perasaan dapat memberikan yang terbaik pada orang lain.

Merupakan sebuah keharusan bagi orang yang mengalami NPD untuk menjadi pusat perhatian semua orang. Mereka sangat membutuhkan perhatian terus-menerus serta pujian yang berlebihan dari orang lain. Selain itu, mereka yakin mereka hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi. Hal ini yang memunculkan sifat arogan pada orang-orang yang berperilaku narsis. Hubungan interpersonal mereka terganggu karena mereka memiliki rasa empati yang sangat rendah, perasaan iri, sombong, memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan keuntungan tertentu, feelings of entitlement, mengharapkan orang lain melakukan hal yang spesial pada dirinya dan tidak ingin membalas hal yang sama pada orang lain (Ronningston dan Gunderson, 1990).

Individu dengan NPD tidak akan merasa nyaman sampai ada satu orang yang memuji mereka. Perasaan berlebihan akan khayalan mereka mengenai kehebatan-kehebatan yang mereka miliki menciptakan atribut negatif yang melekat pada diri mereka. Mereka membutuhkan dan mengharapkan perhatian khusus yang sangat besar, misalnya mendapatkan meja terbaik di restoran atau memarkirkan mobil secara ilegal di halaman parkir bioskop. Selain itu, mereka juga cenderung mengeksploitasi orang lain untuk memenuhi kesenangan pribadinya dan menunjukan empati yang yang rendah pada orang lain. Saat mereka berkonfrontasi dengan orang sukses lainnya, mereka menjadi sangat iri dan menyombongkan diri. Selain itu, mereka seringkali mengalami depresi karena mereka sering gagal merealisasikan harapan-harapan mereka. Berikut karakteristik-karakteristik orang yang mengalami Narcisstic Personality Disorder (NPD):

  1. Merasa dirinya begitu penting, sehingga memunculkan perasaan superior
  2. Pikirannya dipenuhi dengan khayalan akan keberhasilan yang tidak terbatas, kekuatan, brilian, kecantikan dan cinta yang ideal
  3. Mereka yakin dirinya adalah orang yang khusus dan unik dan hanya dapat dimengerti dan bergaul dengan orang-orang memiliki status sosial yang tinggi
  4. Meminta pujian yang sangat berlebihan dari orang lain
  5. Memiliki sense of entitlement
  6. Sangat kurang berempati pada orang lain
  7. Sangat iri pada orang lain atau yakin orang lain iri pada dirinya
  8. Memiliki sikap sombong dan tidak ramah

Intepretasi

Menurut penulis terdapat perbedaan antara individu yang memiliki self-esteem yang tinggi dan individu dengan karakteristik NPD. Perbedaan-perbedaan yang paling mencolok adalah pada keyakinan akan kemampuan individu yang bersifat realistis pada individu yang meiliki self esteem tinggi sedangkan keyakinan kemampuan individu yang hanya berupa khayalan pada individu dengan NPD. Individu dengan self-esteem tinggi tidak mudah terpengaruh pada penilaian orang lain mengenai sifat dan kepribadiannya, baik itu positif maupun negative hal ini berbanding terbalik pada individu yang mengalami NPD. Hal ini pula yang menyebabkan hubungan intrapersonal dan interpersonal mereka tidak dapat berlangsung dengan baik. Dengan kata lain, individu dengan NPD tidak mampu membangun hubungan sosial yang baik ke dalam diri maupun ke luar dirinya. Perbedaan lain yang terlihat mencolok adalah individu dengan NPD sering gagal merealisasikan harapan-harapan mereka sehingga seringkali mengalami depresi sedangkan individu dengan self-esteem tinggi memiliki tingkat kecemasan dan perasaan tidak aman rendah dan jarang mengalami depresi. Coopersmith, Seery, Blascovich, Weisbuch, & Vick, 2004 berpendapat orang dengan self-esteem tinggi yang tidak stabil akan mengalami kegagalan dan keraguan pada dirinya yang akan tercermin pada respon-respon fisik yang mereka tunjukan dalam hal ini individu dengan NPD sangat membutuhkan pujian dan perhatian dari orang lain. Michael H. Kernis dalam jurnalnya Following The Trail From Narcissism to Fragile Self-esteem menyatakan adanya self-esteem yang rapuh merupakan komponen terpenting yang ada dalam diri orang yang narsis. Kernis juga menyimpulkan bahwa self-esteem orang yang narsis sangat rapuh sebab harga dirinya yang tinggi tersebut tidak stabil. Oleh karena itu, individu dengan NPD dapat digolongkan memiliki self-esteem tinggi yang tidak stabil (rapuh) sehingga terdapat perbedaan yang cukup jelas antara individu yang memiliki self-esteem tinggi dan individu dengan NPD, yakni adanya ketidakstabilan self-esteem tinggi yang dimiliki oleh individu-indibidu tersebut.

Kesimpulan

Akhirnya penulis dapat menyimpulkan bahwa individu dengan self-esteem tinggi memiliki self-esteem yang stabil. Di lain pihak, individu dengan Narcisstic Personality Disorder (NPD) memiliki self-esteem tinggi yang tidak stabil (rapuh). Pernyataan tersebut merupakan perbedaan antara keduanya yang paling mencolok. Perbedaan tersebut tercermin dari perbedaan hubungan sosial yang dapat dibangun baik intrapersonal maupun interpersonal.

Referensi

Barlow, David H & Durand, V. Mark. (2005). Abnormal Psychology An Integrative Approach. Belmont, USA: Thomson Learning, Inc.

Baron, Robert A, Branscombe, Nyla R & Byrne,Donn. (2008).. Social Psychology 12th Edition. New York: Pearson Education, Inc.

Ersi, Vera. (2004). Pengaruh Self-esteem dan The Love of Money Terhadap Perilaku Membeli Barang Berdasarkan Merek. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Shofiati, Teti N. (2004). Gambaran Harga Diri dan Frekuensi Teasing pada Remaja.. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

H. Kernis, Michael. (2001). Following The Trail from Narcissism to Fragile Self-Esteem. Psychological Inquiry, Vol.12, No. 64, 223-225

Garg, Rashmi et.al. (2005). Parenting Style and Academic Achievement for East Indian and Canadian Adolescents. Journal of Comparative Family Studies, 36, 653-661

http://www.beritanet.com/Technology/Web-Development/Waspadai-Mental-Narsis-Tersembunyi.html (diunduh pada 28 Oktober 2008 pukul 15.45 wib)

Leave a comment